Kemah dan Pengembaraan Hizbul Wathan MBS Pleret, Bekal Berharga Anggota Pengenal dan Penghela

Hizbul Wathan MBS Pleret sebagai organisasi otonom yang melatih anggotanya guna menjadi pandu yang cakap dan terampil, mempunyai aturan dan ketentuan untuk naik tingkat. Seperti yang dilakukan di akhir pekan kemarin, hari Sabtu (02/09/2023) sampai Ahad, baik santri putra maupun santri putri khususnya kelas VII dan IX mengikuti kegiatan kemah dan pengembaraan. Adat yang dilangsungkan setiap tahunnya ini diwajibkan sebagai prasyarat memperoleh predikat Pengenal dan Penghela. Bukan tanpa sebab, pengembaraan sebagai wahana pembinaan memiliki manfaat bagi para santri, khususnya dalam berperilaku saat berada di perjalanan serta menjadi bekal pengalaman yang berharga bagi mereka.

Pandu HW santri putri diberi nama Qobilah Siti Baroroh Baried, sedang pandu HW santri putra diberi nama Qobilah KH Mas Mansyur. Kegiatan untuk Qobilah Siti Baroroh Baried dikemas dengan kemah kepanduan yang berlokasi di Perkemahan Wonolelo, Kecamatan Pleret. Pembina Hizbul Wathan MBS Pleret, Ustadz Rahmat Yuliarso, S.Pd. membuka secara resmi kegiatan tersebut Sabtu sore hari jam 16.30. Dalam amanatnya, Ustadz Rahmat mengarahkan para santri untuk menempa diri memenuhi kriteria seorang pandu. Adalah pandu, mereka yang menjalani kehidupan dengan gembira dan penuh syukur dalam segala keadaan. Selain itu, penopang karakter seorang pandu ialah tak mudah menyerah. Seperti halnya yang dikatakan Jenderal Besar Sudirman, “Meskipun kamu mendapat latihan jasmani yang sehebat-hebatnya, tidak akan berguna jika kamu mempunyai sifat menyerah! Kepandaian yang bagaimanapun tingginya, tidak ada gunanya jika orang itu mempunyai sifat menyerah!”

Ustadz Rahmat bercerita tentang Jenderal Sudirman yang memberikan keteladanan kepada kita semua. Betapa gigih perjuangan beliau untuk mempertahankan kemerdekaan pada masa revolusi. Kisah perjuangan beliau bergerilya melawan penjajah bahkan dalam kondisinya yang sakit parah, menunjukkan karakter pandu sejati. Keberanian dalam memimpin pasukan, terampil dalam bergerilya, hingga kesaktian yang dipuji oleh lawan adalah bukti kemasyhuran sosok Jenderal Sudirman yang dihormati oleh masyarakat. Tak lain dan tidak bukan kuncinya beliau wariskan, terletak pada kedisiplinan dalam ibadah, ketaatan pada perintah agama, serta sangat menjaga kesucian. “Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan,” ungkapan yang senada Jenderal Sudirman tegaskan, “Menjaga wudu, salat tepat waktu, cinta rakyat sepenuh hati.”

Qobilah KH Mas Mansyur melakukan pengembaraan setelah sholat isya’ berjamaah di asrama Dahromo. Seusai menyiapkan perbekalan, para santri berbaris di lapangan untuk menerima arahan dari Ustadz Gilang sebelum melaksanakan pengembaraan. Ustadz Gilang berpesan untuk menjaga adab, etika dan perilaku selama di perjalanan. Pengembaraan ini harus dinikmati sebagai proses menyatu dengan alam sekitar. Seperti tema yang diambil oleh panitia pengembaraan, “Merge with Nature, Create the Independence, Raise Up The Bravery”. Perlu kita sadari, kegiatan kepanduan Hizbul Wathan bertujuan membekali kemandirian dan kecakapan para santri, baik dalam menghadapi tantangan dan rintangan, maupun melatih keterampilan bertahan hidup dalam berbagai keadaan.

Pengembaraan dengan jalan kaki bersama yang dilakukan Qobilah KH Mas Mansyur menempuh jarak sekitar 4km dari asrama Dahromo menuju Embung Imogiri. Para santri terhitung cukup cepat dalam menyelesaikan pengembaraan, semua pasukan sudah mencapai finish sebelum Subuh tiba. Kegiatan ditutup hari Ahad jam 8 pagi dengan penyematan tanda kecakapan khusus. Setelah itu para santri kembali ke asrama masing-masing dengan moda transportasi MBS Pleret. Sebagai penutup, mari kita bersama-sama mensyukuri nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala limpahkan, hingga detik ini mungkin banyak persangkaan yang menurut kita kurang baik, namun Allah lebih mengetahui kebaikan untuk kita. Wasiat jenderal Sudirman, “Kadang kita terlalu sibuk memikirkan kesulitan-kesulitan sehingga kita tidak punya waktu untuk mensyukuri rahmat Tuhan”.

Bagikan :