Segala puji bagi Allah yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. kita memuji-Nya sebagai dzat yang maha suci sebagai mana pujian orang-orang yang bersyukur. Kita mengagungkan-Nya karena Dialah yang berhak untuk itu (untuk dipuji). Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada yang telah mengajarkan kebaikan pada manusia yang diutus oleh Allah sebagai rahmat untuk seluruh alam untuk memberikan petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus.
Sesungguhnya menuntut ilmu merupakan amalan taqorrub kepada Allah yang paling utama yang akan mendekatkan seorang hamba kepada Rabbnya. Menuntut ilmu termasuk bentuk ketaatan yang paling utama yang akan mengangkat kedudukan seorang muslim serta meninggikan posisinya disisi Allah. Allah telah memerintahkan para hamba-Nya untuk mencari ilmu,belajar,berfikir,dan merenung. Allah memperingatkan mereka dari kebodohan dan mengikuti hawa nafsu. Allah telah menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya pada hari kiamat adalah ilmu yang didalamnya seorang hamba mengikhlaskan (niat) hanya untuk Allah, mencari ridho-Nya, berhias diri dengan adab-adab islami dan berahlak dengan akhlak nabi, yang mana akhlak beliau adalah al-Quran.
Oleh karena itu, perhatian Rasulullah untuk mendidik para Sahabat beliau tidak kala penting dengan perhatian beliau dalam mengajar mereka. Perhatian beliau untuk mendidik dan membersihkan jiwa mereka tidak kalah penting dengan perhatian beliau untuk menjabarkan dan menjelaskan hukum-hukum islam kepada mereka.
Karena, ilmu tanpa adap tidak akan bermanfaat. Dan, ilmu yang tidak disertai jiwa yang bersih dan suci terkadang akan menjadi hujjah keburukan atas pemiliknya pada hari kiamat. Yaitu, disaat harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Dari sini, Nampak perhatian salafush sholih untuk mendidik para penuntut ilmu, mensucikan jiwa mereka dan mengobati penyakit-penyakit hati mereka. Mereka mengajarkan etika sebelum ilmu. Mereka selalu memantau kondisi para murid, ibarat seorang dokter yang mengobati pasien yang memberikan setiap obat yang bermanfaat kepadanya, sehingga pasien itu bisa bangkit dari tidurnya dan terlepas dari penyakitnya.
Namun alangkah baiknya sebelum kita berbicara tentang etika seorang penuntut ilmu, kita berbicara secara global tentang keutamaan menuntut ilmu, kedudukan ulama, dan keagungan mereka di sisi Allah SWT, serta ayat-ayat al-Quran, hadits-hadits Nabi, perkataan para Sahabat dan Salafush sholih yang menyebutkan masalah tersebut.
Tidak diragukan lagi bahwa kesadaran para penuntut ilmu perihal kemulian yanf tinggi yang didapatkan melalui belajar serta kedudukan yang tinggi yang bakal mereka dapatkan akan menjadikan meraka sangat antusias untuk menuntut jalan ilmu, belajar dan beretika dengan etika-etika syari yang akan meningkatkan kedudukan dan keutamaan mereka disisi Allah.
Berikut ini kami paparkan secara ringkas nash-nash yang menyebutkan tentang ajuran menuntut ilmu, kedudukan ulama serta pahala yang agung dan keutamaan yang besar yang Allah siapkan bagi mereka :
Ayat-ayat al-quran tentang keutamaan ilmu dan kedudukan ulama
Allah taala berfirman menjelaskan keutamaan ulama dan kedudukan mereka yang tinggi :
. . . قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
“…katakanlah,’adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’sesungguhnya orang yang barakAllah yang dapat menerima pelajaran.” (az-zumar [39] : 9 )
. . .يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (al-mujadilah [59] : 11)
Peninggian derajat menunjukan keutamaan yang agung yang mencangkup ketinggian secara ma’nawi (kongkrit) didunia berupa kedudukan yang tinggi dan reputasi yang baik. Sedangkan secara hissi (abstrak) diakhirat berupa kedudukan yang tinggi disurga.
Dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu dan wajibnya meminta tambahan tentang nya adalah firman Allah ta’ala sebagai perintah terhadap Rasulullah ShallAllahu Alaihi Wa Sallam;
. . . وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا
“…Katakanlah,’ ya rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” ( Thaha [20] : 114 )
Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyuruh Rasulullah untuk meminta tambahan sesuatu, kecuali meminta tambahan ilmu. yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu syar’i yang mengantarkan seorang hamba Untuk mengenal Allah dan mengetahui perintah agama yang wajib bagi seorang mukallaf baik dalam hal ibadah maupun muamalah. Allah telah memuliakan ilmu dan ulama dengan kebaikan melimpah yang diberikan kepada mereka, sebagaimana yang tertera dalam FirmanNya.
یُؤۡتِی ٱلۡحِكۡمَةَ مَن یَشَاۤءُۚ وَمَن یُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِیَ خَیۡرࣰا كَثِیرࣰاۗ وَمَا یَذَّكَّرُ إِلَّاۤ أُو۟لُوا۟ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
“Allah menganugerahkan al-hikmah kepahaman yang dalam tentang Alquran dan as-sunnah kepada siapa yang dikehendakinya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang BarakAllah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” ( Al-baqarah [2] : 269 )
Mujahid berkata, “diberi hikmah artinya diberi ilmu dan kefahaman.”
Diantara hal yang menguatkan urgensi ilmu dan mencarinya adalah firman Allah ta’ala :
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِینَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah (yang haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan…” (Muhammad [47] : 19)
Dalam ayat diatas, ilmu lebih didahulukan sebelum amal, sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam al Bukhori.
Ilmu yang bermanfaat memiliki buah yang sangat besar. Dan, buah yang paling menonjol adalah pelakunya akan merasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ulama adalah manusia yang paling takut kepada robb mereka. Karena, ketika mereka mempelajari ilmu, niscaya akan bertambah pengetahuan mereka terhadap robb mereka dan semakin kokoh iman dalam hati. Allah ta’ala berfirman :
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَاۤبِّ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَۗ إِنَّمَا یَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰۤؤُا۟ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِیزٌ غَفُورٌ
“…sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya adalah ulama…” (fathir [35] : 28)
Ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan yang lurus dan pemahaman yang mendalam. Allah ta’ala berfirman :
وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَـٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِۖ وَمَا یَعۡقِلُهَاۤ إِلَّا ٱلۡعَـٰلِمُونَ
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang berilmu.” (Al-ankabut [29] : 43)
Bagi yang memperhatikan ayat-ayat al-quranul karim, tentu ia akan mengetahui kedudukan ilmu dan ulama. Banyak ayat yang menyebutkan perihal mereka yang didalamnya disebutkan tentang ilmu dan macam-macamnya, pemahaman, pengetahuan, ajuran untuk menganalisa, berfikir dan mengfungsikan akal untuk bekerja dan lainnya (Syamsul Bahri, S.Pd.I)