SIAPAKAH TEMANMU…??? Shalih atau Thalih?

Ilustrasi MBS Pleret

Pengaruh Berteman dengan Orang “Shalih” dan Orang “Thalih” [1]  

Penyaji : Iin Sholihin, S.Sos. [2]

 

Syair lagu “Tombo Ati” yang selama ini kita dengar, menyebutkan :

“Tombo ati iku ana limang perkara, (1) kaping pisan maca Qur’an sak maknane, (2) kaping pindho  sholat wengi lakonana, (3) kaping telu wong kang sholih kumpulan, (4) kaping papat wetengira ingakang luwe, (5) kaping lima dzikir wengi ingkang suwe, salah sawijine sapa bisa anglakoni, insya Allah Gusti Pengeran ngijabahi”.

Terjemahnya : “Obat (kegundahan & penyakit) hati itu ada lima perkara, (1) yang pertama membaca Qur’an sekaligus meng-angan maknanya, (2) mendirikan sholat  malam/ qiyamul lail, (3) berkumpul/ berteman  dengan orang  yang sholih, (4) melakukan puasa sunnah maupun wajib, (5) mendawamkan dzikir malam. Salah satunya siapa bisa menjalani, insya Allah Gusti Allah SWT akan memperkenankan, yakni menenangkan – mengobati penyakit, kegundahan, atau kegelisahan hati kita, bahkan Allah SWT berkenan mengqobulkan hajat dan harapan kita”.

Dalam syair lagu tersebut, pada point (3) tiga terdapat kalimat : wong kang sholih kumpulana (berkumpul dan bertemanlah dengan orang sholih) dapat menjadi salah satu obat hati kita. Mengapa demikian…???

Allah SWT telah mengabarkan kepada kita tentang kondisi ini, sebagian satu dengan sebagian yang lain saling bermusuhan

الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”. (QS. Az Zukhruf : 67)

Lalu, perlu kita simak salah satu pesan mulia  Nabi Muhammad SAW berikut ini …

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَثَلُ الجليس الصالح وجليس السوء؛ كحامل المسك ونافخ الكِير، فحامل المسك: إما أن يُحْذِيَك، وإما أن تبتاع منه، وإما أن تجد منه ريحاً طيبة، ونافح الكِير: إما أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد منه ريحاً خبيثة؛ (متفقٌ عليه)

Dari Abu Musa Al-‘Asy’ari radhiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:

((Permisalan duduk dengan orang shalih dan duduk dengan orang jelek; seperti penjual minyak wangi dengan tukang besi, maka penjual minyak wangi: baik ia memberikan minyak wanginya kepadamu, atau kamu membeli minyak wanginya atau minimal kamu mendapatkan bau harum darinya adapun tukang besi: baik ia akan membakar pakainmu atau minimal kamu mendapatkan bau besi yg kurang sedap darinya))  mutafaqun ‘laihi.

Hadits ini memberikan banyak pengajaran sekaligus pelajaran kepada kita, diantaranya : sesungguhnya duduk bersama orang shalih dan semua teman-temanya memberikan kebaikan, berkah, manfaat dan keuntungan seperti penjual minyak wangi yang dapat memberikan bermanfaat bagi siapa yang besamanya baik berupa hadiah atau membeli atau minimal mendapatkan sesuatu; kondisi duduk bersamanya kamu akan mendapatkan ketenangan diri dan kelapangan dada dengan bau harum minyak wangi, ini pendekatan dan permisalan duduk bersama orang bertaqwa atau dalam bahasa lain orang “Shalih”.

Dalam wawasan ilmu psikologi, teman merupakan salah satu faktor yang bisa mencegah terjadinya suatu masalah atau keburukan, misalnya : depresi. Menurut Dua Geldard dalam bukunya Konseling Remaja: Pendekatan Profetik untuk Anak Muda, Pada dasarnya, seseorang lebih nyaman mencurahkan isi hatinya kepada teman sebayanya. Sebab, teman sebaya menurut Willis dalam Konseling Individu: Teori dan Praktek, dapat mengatasi seseorang menyelesaikan masalah dan membantu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Membaca keterangan tersebut dapat ditarik salah satu simpulan, bahwa teman mestinya memberi dorongan kebaiakan kepada teman lainnya yang sedang memiliki masalah.

Adapun dorongan kebaikan yang didapatkan seorang dari duduk bersama orang atau teman yang luar biasa (teman yang shalih -red) lebih luas, lebih banyak, dan lebih utama,  di antaranya :

  • Teman yang sholih -baik- akan mengajarkan urusan yang bermanfaat bagi agama, urusan yang bermanfaat bagi dunia, ataupun urusan keduanya (dunia – akhirat),
  • Teman yang sholih akan memberikan petunjuk berupa nasihat yang bermanfaat bagi kehidupan kita, baik kehidupan dunia atau kehidupan setelah mati.
  • Teman yang sholih akan melarang kita untuk melakukan perkara yang dapat mendatangkan kerugian atau mudhorot. Esensinya, manfaat minimal yang didapat dari duduk (berteman) bersama orang shalih adalah : ia akan menjaga seseorang dari perbuatan jelek, kemungkaran dan maksiat; saling menjaga karena persahabatan,
  • Teman yang baik/ sholih itu jika ia melihat engkau malas dalam keta’atan kepada Allah, ia akan memberimu petunjuk, maka keinginanmu untuk ta’at semakin bertambah dan kamu akan bersungguh-sungguh untuk menambah keta’atan, saling berlomba-lomba dalam kebaikan dan saling meninggalkan kejelekan
  • Teman yang baik/ sholih akan memaparkan aib-aib (kekurangan) kita, dan akan mengajak menuju kemuliaan, kebaikan, dan perbaikan akhlaq dengan ucapan, perbuatan, dan keteladanan.
  • Manfaat lain yang diperoleh dari berteman dengan orang shalih adalah: sesungguhnya ia akan menjaga kehormatanmu ketika engkau tidak ada dan ketika engkau ada, ia akan selalu menjaga dan melindungimu.
  • Selain itu, ia -teman yang sholih- akan selalu mendoakan, ketika kita masih hidup maupun setelah kita meninggal. Subhanallah.

Sungguh jika kita bersamanya (teman yang sholih), maka kita akan selalu mendapatkan manfaat dan keuntungan yang banyak -dengan izin Allah. Tentunya bukan sekadar keuntungan yang berwujud materi belaka, bahkan ini adalah  keuntungn non materiil yang luar biasa.

Adapaun berkawan  dengan orang yang “Tholih” atau buruk, maka ini adalah racun yang sangat mematikan dan musibah yang besar, maka kita akan dapatkan :

  1. Mereka (teman yang tholih) berani berbuat maksiat atau kemungkaran dan mereka menginginkan hal tersebut, sekalipun mereka terlihat lebih ramah, supel, ataupun bersolidaritas tinggi.
  2. Kemudian mereka akan membuka pintu-pintu kejelekan bagi siapa yang ingin bergabung dan duduk bersama mereka, mereka menghiasinya dengan jenis-jenis kemaksiatan yang tampilannya menyenangkan, menggembirakan, dan menggiurkan.
  3. Mereka mengajak merusak ciptaan Allah SWT. Merusak kulit kita dengan tatto, tindik (pria), merusak kesehatan kita dengan konsumsi alcohol, narkoba, dan sejenisnya. Bahkan tembok, hewan, maupun tumbuhan yang tidak punya salah pun jadi sasaran pengrusakan.
  4. Mereka (teman yang tholih) akan mengingatkatkan urusan-urusan kejelekan yang mereka tidak akan pernah merubah pikirannya. Mereka akan mendorong dan membisikkan kita untuk berbuat keburukan.
  5. Mereka akan menghalangi salah seseorang yang ingin bertaubat dan meninggalkan maksiat, maka mereka akan membujuknya dan memperlihatkan keindahan-keindahan perbuatan maksiat dan angan-angan kosong. Berbagai cara akan dilakukan agarkita kembali kepangkuan kemaksiatan mereka, baik dengn cara yang ramah maupun dengan cara kasar penuh dengan ancaman atau amarah.

Kondisi kita sungguh akan sangat lebih buruk dan hina dari pada hai ini. Apa yang didapatkan dari bergaul dan berkerjasama dengan orang tholih adalah bencana dan kerugian besar untuk kita. Terlebih bila kita telah tiada nanti, dan kita meninggal dalam kemaksiatan (su’ul khotimah) akibat bergaul bersama mereka ; teman yang tholih (buruk – perangainya). Wal ‘iyadzu billaah.

Selanjutnya, mari kita perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Melihat sangat dianjurkannya kita memilih teman dan lingkungan yang baik, maka mari kita identifikasi lingkungan utama kita. Jika mayoritas waktu kita habis untuk bekerja atau sekolah, maka carilah teman yang sholeh dan lingkungan kerja/ sekolah yang mendukung. Jika mayoritas waktu kita ada di rumah dan masyarakat, maka carilah tetangga dan lingkungan masyarakat yang baik. Adapun ciri-ciri teman dan  lingkungan yang baik diantaranya sbb  :

  1. Menjaga sholat dan bersegera meninggalkan aktivitas untuk menegakkan sholat serta berjamaah
  2. Bersegera dalam berbuat kebaikan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
  3. Berakhlaq baik, pemaaf, jujur, adil dsb.
  4. Bahan pembicaraan baik dan bermanfaat, penuh nasehat kebaikan maupun kesabaran.
  5. Cerdas dan berwawasan luas. Suka membaca, diskusi, menghadiri kajian keilmuan, dll.
  6. Gaya hidup sederhana, bahkan zuhud dan wara’.
  7. Menjaga diri dari makan dan harta yang haram.

 

Jadi…, mau jadi apa kita tergantung pada diri, teman, maupun lingkungan kita. Karena teman dan lingkungan sangat mempengaruhi dan membentuk siapa diri kita. Berhati-hati dan selektif dalam memilih teman dan lingkungan menjadi salah satu solusi sekaligus langkah awal penentu kebaikan kita ke depan. Sebagai penutup, mari kita renungkan firman Allah SWT berikut ini :

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً

“Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan: 27-29).

 

REFERENSI :

  1. Kitab Al-Quran Al-Kariim
  2. Kitab Hadits : Mukhtarul Ahaditsah An-Nabawiyah Wal Hukmil Muhammadiyah
  3. Geldard, Catherine. David Geldard. (2018). Teori Profetik untuk Anak Muda. Bandung: Pustaka Pelajar
  4. Willis, Sofyan. (2016). Konseling Individu. Bandung: Alfabeta

 

 

[1] Tholih ( طالح : اسم الفاعل لطلح : ج طالحون  وطُلّحٌ )   lawan kata Sholih ( صالح ), Tholih memiliki makna : yang buruk/ jelek, jahat, dan keji – Kamus Al-Munawwir Hal : 858-859.

[2] Salah satu staf pengajar/ ustadz di PPM MBS Pleret

Bagikan :