Tidak terasa kita sudah memasuki bulan Sya’ban, ini mengindikasikan bahwa sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan tiba. Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberikan informasi, tanggal 01 Ramadhan 1442 H jatuh pada tanggal 13 April 2021 InsyaAllah. Bagi kaum Hawa khususnya dan kaum Adam umumnya bilamana masih ada tanggungan hutang puasa silahkan segera melunasi hutang puasa tersebut, selagi masih ada waktu. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 185 :
مَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.”.
Sebagai penguat terdapat hadits, dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ
“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari). Catatan : ‘Aisyah tidak mampu / sempat meng-qodho puasa karena beliau sibuk mengurus/ mendampingi Nabi Muhammad.
Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, tentunya berbagai cara akan dilakukan orang sebagai manivestasi kabahagian dan kegembiraan. Namun tidak semua cara-cara yang mereka lakukan benar menurut Syari’at. Karena sebagian mereka hanya melihat Ramadhan sebagai moment kumpul-kumpul, makan bareng, dan sebagainya. bukan sebagai moment untuk ibadah dan memperbanyak amalan apalagi taqorrub Ilallah. Hal ini sungguh jauh dari kebiasaan para panutan kita salafush-sholih.
Tidak jarang akan kita dapati diantara manusia ada yang sekedar bagaimana ia mempersiapkan puasa hanya sebatas lahiriyah atau gebyarnya saja, seperti : sahur dan buka dengan menu yang enak, bisa pakai baju baru, Al-Qur’an baru, rumah dengan cat dan warna yang baru, kulkas baru, dll. Semua itu tidaklah salah, namun hakikat puasa Ramadhan bukan untuk itu. Puasa Ramadhan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kita. Sebagai reminder mari kita simak firman Allah berikut ini,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” [QS. Al Baqarah : 183]
Ayat ini dengan gamblang menerangkan akan wajibnya puasa Ramadhan dan menandaskan bahwa tujuan tujuan puasa untuk meningkatkan ketakwaaan. Bukan untuk yang lain. Dari ayat ini kita akan memperoleh 4 poin pemahaman :
1. Kalimat (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ), ini menunjuk siapa yang diseru/ diperintah. Puasa ditujukan kepada hamba-Nya yang beriman, memiliki keimanan/ percaya bahwa Alloh SWT satu-satunya Tuhan dan penciptanya. Bagi orang yang tidak percaya/ beriman atau kufur maka Allah tidak akan memanggilnya untuk melaksanakan ibadah suci nan mulia ini.
2. Kalimat (كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ ), memberikan pemahaman tentang hukum puasa Ramadhan yakni wajib. Dilakukan bilamana memang tidak ada udzur syar’i. Hukum wajib yaitu suatu perintah yang bila dikerjakan akan mendapat pahala /keridhoan Allah SWT, dan bila ditinggalkan akan menyebabkan dosa/ murka Allah SWT.
3. Kalimat (كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ ), memahamkan tentang sisi historis ibadah puasa. Puasa penah disyari’atkan kepada ummat sebelum Nabi Muhammad. Dalam kitab tafsir At-Thabari misalnya, dikatakan bahwa Allah SWT pernah mensyari’atkan ibadah puasa Ramadhan kepada pengikut atau kaum Nabi Isa dan Nabi Musa. Namun pada akhirnya ummat-ummat tesebut tidak mampu, dan ummat Nabi Muhammadlah yang sampai sekarang masih menjaga syari’at mulia ini.
4. Kalimat (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ), adalah esensi puasa, para ulama tafsir mengatakan bahwa tujuan puasa adalah mencapai derajad “taqwa” atau meningkatkan ketaqwaan bagi para pelakunya. kalimat La’allakum adalah kalimat taroji’ atau pengharapan. Ada harapan bisa tercapai taqwa jika ibadah puasa diikuti dan dijalankan dengan kesungguhan (menjaga niat, syarat rukunnya, menjaga sunnah-sunnah puasa, menjauhi pembatal puasa, dll), intinya ada usaha iktiyar yang serius untuk mewujudkan – mencapai taqwa. Ini juga memahamkan bahwa tidak setiap pelaku puasa bisa mecapai derajad taqwa, kecuali dengan kesungguhan untuk mewujudkanya.
Lalu kalimat Tattaquun ini menunjukkan susksesnya orang yang bepuasa itu tidak hanya mendapat taqwa saat Ramadhan saja, tetapi hingga akhir Ramadhan dan sesudah Ramadhan nanti.
Oleh karena itu, setelah kita memahami makna perintah puasa Ramadhan apakah kita hanya akan diam saja, nyantai saja, atau biasa-biasa saja dalam menyambut Ramadhan ??? Apa yang seharusnya kita persiapkan???. Semoga beberapa point berikut ini bisa membuka wawasan kita tentang hal-hal yang layak kita persiapkan dalam menyambut bulan suci Ramadhan mendatang. Secara umum ada 2 persiapan yaitu persiapan lahiriyah dan persiapan bathiniyah.
1. Pesiapan Lahiriyah yang dapat dilakukan setidaknya ada tiga yang meliputi :
a. Pesiapan kesehatan fisik. Salah satu penunjang ibadah adalah adanya kesehaan badan. Orang yang sehat memiliki peluang beribadah dengan sempurna,ibadah dengan nyaman, tentram, dan tidak banyak kerepotan yang ia hadapi. sementara orang yang sakit tidak demikian, sekalipun ada tuntunan ibadah dan keringanan (rukhshoh) bagi orang yang sakit. Begitu pula dengan ibadah puasa Ramadhan kita, orang yang sakit mendapat keringanan untuk tidak melaksanakan puasa, bahkan orang yang rentan dan daya tahan tubuhnya rendah seperti orang yang terlalu tua itu diperbolehkan untuk tidak berpuasa/ tidak diwajibkan puasa.
Untuk itu penting bagi kita untuk menjaga kesehatan, apalagi kita akan melakukan ibadah puasa, ibadah yang memang memerlukan daya tahan tubuh atau kesehatan fisik. Mulailah melakukan aktivitas fisik atau olah raga ringan sedari sekarang, istirahat, dan makan yang cukup.
b. Membiasakan diri untuk melakukan amalan sunnah, sebelum masuk bulan Ramadhan. Amalan-amalan sunnah akan Allah lipat gandakan dibulan Ramadhan berbeda dengan amalan diluar Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah berkata: Kecuali puasa, maka Aku yang akan membalas orang yang menjalankannya karena dia telah meninggalkan hawa nafsunya dan makannya karena Aku” (HR. Muslim)
Catatan untuk kita : dengan membiasakan diri melakukan kebikan-kebaikan berupa sunnah Rasulullah sebelum Ramadhan, maka ini akan memudahkan kita melanggengkannya di bulan Ramadhan. Jangan meremehkan poin ini karena ini juga akan menentukan bagaimana kesiapan kita menyambut Ramadhan. Oleh karenanya afdholnya sebelum masuk Ramadhan seorang muslim perlu membiasakan dirinya untuk membaca Qur’an, Qiyamul lail, berpuasa, bersedekah, membantu kaum muslimin, dll.
c. Mempersiapkan fasilitas maupun sarana penunjang ibadah Ramadhan, Semangat Ramadhan membuat kita termotivasi untuk lebih banyak beribadah. Sehingga tentu butuh sarana penunjang ibadah. Jika sarana-sarana ini tidak diperhatiakan, maka (terkadang) akan menyurutkan dan menyulitkan kita menjalankan ibadah, mungkin juga bisa membuat kita kurang nyaman. Diantaranya yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan buku-buku seputar Ramadhan untuk menambah wawasan kita, membersihkan dan menata rumah agar nyaman untuk shalat sunnah, membaca al qur’an, dan belajar.
Bagi masyarakat mereka bisa membenahi masjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Mengecek mic, pengeras suara, membersihkan area lingkungan masjid /musholla, memperbaiki dan menambah fasilitas penyejuk seperti kipas angin dan AC. Maka ini semua adalah kegiatan yang menunjukkan kesungguhan dan kebahagian kita dengan bulan Ramadhan.
2. Persiapan Bathiniyah, yakni persiapan non-fisik yang dapat dilakukan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Adapun persiapan tersebut meliputi :
a. Berdo’a agar Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat. Ini kita lakukan agar kita memiliki semangat untuk puasa, shalat tarawih, membaca al qur’an, bersedekah, dan ibadah lainnya. Do’a adalah benteng seorang mukmin. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Rabb-mu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” [QS. Ghafir : 60]
Berdo’a kita lakukan, karena kita adalah makhluk yang lemah sehingga sangat butuh kepada petolongan Allah. Tidak ada do’a khusus berkaitan dengan masuknya bulan Ramadhan. Adapun do’a yang di panjatkan oleh kaum muslimin yang berbunyi:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan”
Menurut sebagian para ‘Alim, doa ini ma’tsur dari hadits Nabi Muhammad yang populer di tengah kita. Nukilan doa tersebut terdapat dalam kitab klasik yang berjudul Al-Adzkar Karya Imam An-Nawawi . Namun secara umum berdo’a dengan lafadz apapun (selama bukan doa untuk minta mati /dimatikan) diperkenankan.
b. Bersyukur, bersyukur atas nikmat karunia Allaah yang kita rasakan sampai hari ini. Bersyukur dengan memuji-Nya karena bisa bertemu dengan Ramadhan. Pertemuan dengan bulan bulan Ramadhan adalah pertemuan yang sangat indah.
“Perlu kita ketahui bahwa Rosululloh diberikan kesempatan melaksanakan ibadah Ramadhan selama 9 (sembilan) kali dalam masa hidup beliau. Karena perintah puasa turun pada tahun ke-2 Hijriyah, dan Rosulullah wafat pada tahun 11 Hijriyah. Sementara kita, sudah berapa kali Ramadhan kita lalui begitu saja..???”
Maka oleh karenanya hendaklah seseorang bersyukur kepada Allah atas nikmat besar ini. Imam Nawawi pernah berkata, “Ketahuliah bahwa disunnahkan kepada orang mendapatkan kembali nikmat yang baru dan nampak atau terhindar dari musibah yang dhahir untuk bersujud karena bersyukur kepada Allahatau memuji-Nya”.[Al Adzkar Lin Nawawiy: 297]. Salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada kita adalah dipertemuaknnya kita dengan bulan ketaatan, bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan diberi taufiq. Sehingga sangat wajar bahkan wajib kita bersyukur kepada-Nya atas nikmat ini.
c. Gembira dan Ceria, Menampakkan kegembiraan dengan keceriaan dan kesenangan yang nampak pada raut muka dan amalan. Rasulullah memberi kabar gembira kepada para sahabatnya akan datangnya bulan Ramadhan. Nabi bersabda, dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Muhammad bersabda:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيْهِ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dimana pada bulan itu Allah mewajibkan puasa. Pada bulan itu dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu jahannam, diikat syaithan-syaithan, di dalam bulan itu ada satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkan kebaikannnya, maka sungguh ia telah diharamkan dari bulan itu” [HR. Ahmad: (7148) dengan sanad yang Shahih dengan ta’liq Ahmad Muhammad Syakir: 7/7],
Catatan : Nabi memberitahukan hal tersebut ketika datangnya Ramadhan agar para sahabat termotivasi dan bergembira dengan hadirnya Ramadhan.
d. Bersemangat dan memiliki rencana (Program) Ramadhan, untuk meraih pahala di bulan Ramadan. Sangat mengherankan jika seseorang memiliki planing yang baik untuk meraih dunianya namun dalam masalah akhirat ia tidak memiliki rencana yang baik. Ini menyebabkan ia tidak maksimal meraih kebaikan dalam ibadahnya, terkhusus di bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersungguh-sungguhlah melakukan apa yang dapat memberi manfaat kepadamu dan minta pertolongan kepada Allah, dan janganlah merasa lemah”[HR. Muslim (2664)]
Maksudnya adalah : bersemangatlah dalam mentaati Allah dan mengharapkan apa yang ada disisi Allah, lalu minta pertolonganlah kepada Allah dalam mewujudkan hal tersebut, dan jangan merasa lemah artinya jangan malas untuk melaksanakan ketaatan dan dalam meminta pertolongan kepada Allah” [Imam Nawawi dalam “Syarh an Nawawi ‘ala Muslim: 16/215], Sebagai bentuk dari sebuah semangat dan kesungguhan adalah dengan mempersiapkan diri dan merencanakan kegiatan-kegiatan amaliyah Ramadhan sebelum masuknya bulan Ramadhan. Adapun contoh program tersebut diantaranya : merencanakan akan menambah hafalan Quran, hafalan Hadits, hafalan mufrodat bahasa Arab, merencanakan khotam Al-Qur’an 1, 2, atau 3 kali selama Ramadhan, merencanakan menyumbang panti atau sedekah selama Ramadhan, dan lain sebagainya.
e. Mempersiapkan ilmu sebelum masuk Ramadhan. Ilmu adalah teman dikala sulit, penghibur dikala sedih, dan petunjuk dikala sesat. Maka ilmu adalah modal terbesar dalam persiapan menghadapi Ramadhan. Tanpa ilmu agama, Ramadhan kita tak bermakna apa-apa. Rasulullah ‘alaihish shalatu wassalam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘alaih)
Mengharap pahala : adalah satu syarat puasa kita bermakna. Dan mengharap pahala bukanlah sekedar harapan. Namun lebih kepada mendalami ilmu tentang Ramadhan, tentang bagaimana Rasulullah menjalankan ibadah puasa ini. Disinilah pentingnya ilmu agama dari al Qur’an dan Sunnah serta penjelasan para ‘Alim ‘Ulama’ untuk membimbing setiap amalan kita agar diterima Allah dan berpahala tentunya
Sangat disarankan, seorang muslim mulai menghadiri majelis ilmu, baik on-line atau off-line. Ataupun bisa dengan membaca kembali buku-buku islami, kunjungi situs/website Islam terpercaya, mendengar audio ceramah tentang Ramadhan., dan lain sebagainya, kenapa semua itu kita lakukan??? Jawabanya : agar kita bisa mengingat kembali keutamaan, adab, pembatal puasa, hukum-hukum seputar ibadah bulan Ramadhan, dan perkara-perkara yang bisa menghilangkan pahala puasa atau ibadah Ramadhan kita. Sehingga Ibadah Ramadhan tahun ini jauh lebih bermakna, berkualitas, dan lebih baik daripada Ramadhan sebelumnya. Demikian, Semoga tulisan ini bermanfaat untuk seluruh kaum muslimin. (Ingsun Sholihin).