KARENA KITAB PUNYA PORSI ADAB

Ponpes MBS Pleret Yogya

KARENA KITAB PUNYA PORSI ADAB

Penyaji : Ustadz Ariel Amarta Dzikrillah, S.Sos.*

 

Kitab, buku, dan alat tulis adalah pegangan wajib bagi para pelajar setelah mendapatkan guru. Tiga hal tersebut sangat penting untuk mendukung proses belajar agar dapat berjalan dengan maksimal dan memberi manfaat lebih. Nah, para ulama kemudian menghimbau para penuntut ilmu untuk mengagungkan ilmu melalui kitab. Kalau diperhatikan dalam kitab-kitab bertema adab, kita akan temui pembahasan mengenai adab terhadap kitab setelah pembahasan adab guru dan murid.

Sayangnya, salah satu hal yang sering luput dari perhatian seorang pelajar adalah bagaimana seharusnya berinteraksi dengan kitab. Minimnya perhatian pelajar tentang hal ini boleh jadi justru karena pendidikan dari guru yang tidak menyentuh sisi itu. Hal ini menyebabkan adanya fenomena-fenomena yang mungkin lumrah ditemui oleh para guru, yaitu kitab yang tercecer, rusak sampulnya, sobek lembarnya, hingga hilang wujudnya.

Ada satu pertanyaan reflektif yang penulis ingat dari seorang guru. Jangan-jangan yang memperlakukan Al-Quran dengan buruk itu justru pembacanya? Jangan-jangan fenomena yang seperti ini justru paling banyak terdapat di pesantren? Kenyataannya, Al-Quran tercecer, sobek, dan hilang sampulnya adalah pemandangan yang sangat mungkin dijumpai di pesantren, karena kegiatan yang dekat dengan Al-Quran itu memang menjadi rutinitas harian.

Agak ironi rasanya, di masyarakat umum Al-Quran dapat mengalami keterabaian dan di lingkungan pesantren Al-Quran dapat mengalami kondisi yang memprihatikan karena interaksi yang tidak disertai adab. Kalau kenyataan ini benar adanya, kalau memang Al-Quran yang oleh umat Islam dijadikan sebagai kitab sucinya diperlakukan dengan tanpa adab, lalu bagaimana adab pelajar kepada kitab-kitab para ulama yang mengandung penjelasan tentang ilmu dari Al-Quran dan Sunnah?

Ulama dan Kitab

Para ulama dari generasi awal hingga detik ini memiliki perhatian yang sangat besar dalam perkara adab. Salah satu bentuk perhatian mereka adalah dengan menuangkan pelajaran tentangnya di sekian banyak karya tulis. Salah satu pembahasan dalam kitab-kitab adab itu adalah perihal ketika mempelajari ilmu. Di antara pembahasan yang banyak di dalamnya, ada perintah untuk memuliakan kitab dengan berbagai bentuk adab-adabnya.

Imam az-Zarnuji dalam kitabnya Ta’līm al-Muta’allim memasukkan pembahasan adab terhadap kitab dalam pasal mengagungkan ilmu dan ahli ilmu. Beliau memberikan perincian seperti perintah menyentuh kitab dalam keadaan suci, larangan menaruh tempat tinta di atas kitab, dan larangan menjulurkan kaki ke arah kitab. Inti dari pesan beliau adalah setiap interaksi seorang penuntut ilmu terhadap kitabnya, harus didasari dengan semangat pengagungan dan tidak ada maksud untuk merendahkan.

Pada masa setelah Imam az-Zarnuji, Imam Ibnu Jama’ah menjelaskan dengan rinci dalam Tadzkirat al-Sāmi’ wa al-Mutakallim fī Adab al-Alim wa al-Muta’allim bagaimana seharusnya penuntut ilmu beradab dengan kitabnya. Beliau lebih banyak memberi himbauan dan anjuran terkait hal ini, mulai dari bagaimana etika dalam menulis catatan di kitab, di mana tempat yang layak untuk meletakkan kitab, hingga bagaimana menyusun kitab dalam rak sesuai dengan urgensi kandungannya.

Pada masa yang lebih kontemporer, K.H. Hasyim Asyari dalam Adab al-Alim wa al-Muta’allim menambahkan beberapa poin tentang bagaimana adab seorang penuntut ilmu ketika meminjam atau meminjamkan kitab. Beliau memberi ketentuan-ketentuan lanjut tentang siapa yang boleh diberikan pinjaman dan apa yang harus diperhatikan ketika meminjam. Demikian sekilas tentang adab terhadap kitab yang disinggung oleh para ulama. Melihat perhatian mereka yang demikian besar itu, mungkinkah mereka akan memaklumi pelajar yang meremehkan kitab hingga rusak atau hilang?

Penanaman Adab

Ibn Manzhur menjelaskan bahwa kata adab mengandung makna menyeru, mengajak, dan mengundang seseorang kepada setiap perbuatan terpuji dan mencegah dari segala yang buruk. Pemaknaan tersebut sekilas memiliki kesamaan dengan istilah dakwah, yang juga memiliki arti panggilan dan ajakan. Adanya kesamaan makna antara adab dan dakwah inilah yang hendaknya disadari oleh para pendidik, bahwa adab ini adalah suatu hal yang harus didakwahkan kepada para pelajar.

Peran untuk menanamkan adab kepada para pelajar itu tidak mengharuskan seseorang menyelesaikan satu kitab adab terlebih dahulu. Sebagaimana keterkaitannya dengan dakwah yang mencukupi dengan satu ayat, selama seseorang telah memahami dan mempraktikkan satu contoh perilaku beradab, maka saat itu juga ia telah layak untuk mengajarkannya. Bahkan, akan menjadi lebih mengena kiranya, kalau teman sebaya, seorang karyawan kebersihan, dan para orang tua memberi perhatian pada hal ini dan menyampaikannya kepada para pelajar.

Dalam proses penanaman adab kepada pelajar, tentu usaha praktis yang paling utama adalah dengan teladan. Sebakda itu, pengajaran tentang adab juga perlu dikuatkan dengan menyampaikan urgensi adab itu sendiri. Setidak-tidaknya, pendidik memahami bahwa adab itu sangat berpengaruh dalam proses mendapatkan ilmu, kemudian dilanjutkan dengan pelajaran-pelajaran adab lainnya.

Jika kita perhatikan sekilas tentang apa yang ditulis oleh para ulama di atas, dapat kita ketahui bahwa pelajaran-pelajaran tersebut juga memiliki urgensi untuk menjaga dan bahkan mengembangkan kebermanfaatan. Bisa dibayangkan jika kitab itu dijaga dengan baik hingga bertahun-tahun, suatu ketika kitab itu dapat bermanfaat bagi orang lain, atau menjadi bukti keteladanan yang dapat ia wariskan pada anak cucunya.

Pada proses penanaman adab, setiap bentuk tindakan yang tidak beradab dari para pelajar harus segera diluruskan agar tidak berlarut. Dalam hal ini, pemilihan bahasa dan penyampaian menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Kalimat yang benar dan tidak menyakiti juga disampaikan dengan kelemahlembutan dan kesabaran adalah di antara pegangan yang telah diterangkan dalam Al-Quran.

Setelah usaha dalam menanamkan adab seperti yang telah disebut di atas, mari genapkan dengan doa dan tawakkal, semoga Allah memberkahi orang-orang yang menempuh jalan ilmu dengan adab. Wallāhu a’lam.

Bacaan:

Al-Quran Al-Karim

Ardiansyah, Muhammad. (2020). Konsep Adab Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi. Depok: Ponpes At-Taqwa.

Ibn Jamaah, Badruddin. (2019). Tadzkirat al-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Damam: Dar Ibnu al-Jauzi.

Hasyim Asyari, Muhammad. (2021). Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Jakarta: Maktabah At-Turmusy Litturots.

Az-Zarnuji. (2019). Ta’lim al-Muta’allim fi Thariq al-Ta’allum. Solo: Aqwam.

 

 

* Staff Pengajar/ Ustadz MBS Pleret

Bagikan :