Oleh: Fajar Nurisa Khoirini, S.Psi
Ilmu adalah karunia Allah SWT yang sangat mulia. Adanya ilmu, manusia dapat membedakan kebenaran dari kebatilan, memahami petunjuk Allah, serta memperbaiki kehidupan. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11). Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu menjadi sebab diangkatnya derajat manusia. Namun, setinggi apa pun ilmu akan kehilangan makna jika tidak disertai dengan adab. Ilmu tanpa adab justru dapat menjerumuskan pemiliknya pada kesombongan, kerusakan, bahkan kebinasaan.
Ilmu sebagai Cahaya, Adab sebagai Penuntun
Ilmu dapat diibaratkan cahaya yang menerangi jalan, sementara adab adalah penuntun agar cahaya itu tidak disalahgunakan. Seseorang yang memiliki pengetahuan luas, tetapi tidak beradab, bisa saja menggunakan ilmunya untuk merugikan orang lain. Sebaliknya, dengan adab yang baik, ilmu itu akan digunakan untuk menolong dan memberi manfaat.
Rasulullah SAW adalah contoh manusia yang bisa dijadikan suri teladan yang baik. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Ayat ini menegaskan bahwa akhlak dan adab adalah inti dari ajaran Islam. Ilmu yang dimiliki Rasulullah SAW selalu dibingkai dengan akhlak mulia, sehingga menjadi manfaat bagi seluruh umat manusia.
Ilmu, Adab, dan Karakter Santri
Santri adalah generasi adalah generasi yang banyak memperlajari ilmu agama. Karakter utama seorang santri bukan hanya rajin belajar, tetapi juga berakhlak mulia. Santri diajarkan untuk tawadhu’ (rendah hati), menghormati guru, menjaga sopan santun kepada sesama, dan mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan umat.
Inilah mengapa dalam dunia pesantren selalu ditekankan adab sebelum ilmu. Santri yang cerdas tetapi tidak beradab akan kehilangan wibawa. Sebaliknya, santri yang beradab akan selalu mendapatkan keberkahan ilmunya, meskipun ilmunya belum terlalu luas.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Hadis ini menjadi landasan bahwa adab adalah inti dari pendidikan Islam, termasuk pendidikan santri di pesantren.
Bahaya Ilmu Tanpa Adab
Sejarah mencatat banyak orang berilmu tinggi yang hancur karena kehilangan adab. Kesombongan membuat mereka merasa paling benar, enggan menerima nasihat, dan meremehkan orang lain. Allah SWT memperingatkan:
“Dan janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia karena sombong, dan jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18).
Santri yang tidak menjaga adab bisa terjebak pada sikap merasa paling tahu, tidak menghormati guru, atau meremehkan sesama. Hal ini justru akan menghalangi keberkahan ilmunya.
Ilmu dan adab Ibarat mata uang koin dimana kedua sisi mata uang memiliki maknanya tersendiri yang tidak bisa dipisahkan. Bagi seorang santri, ilmu yang dipelajari di pesantren harus dibingkai dengan adab agar melahirkan karakter yang mulia. Implementasinya berupa taat beribadah, rendah hati, sopan santun, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sebagaimana doa yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaha: 114).
Doa ini menjadi pengingat bahwa santri harus terus menuntut ilmu dengan hati yang tawadhu’. Ilmu tinggi yang disertai adab akan menjadikan santri tidak hanya pintar, tetapi juga berkarakter mulia, siap menjadi generasi penerus bangsa dan agama.