GAGAL PAHAM RAMADHAN, SESAL DATANG KEMUDIAN

gb artikel 2b

GAGAL PAHAM RAMADHAN,  SESAL DATANG KEMUDIAN

Penyaji : Iin Sholihin, S.Sos. [1]

 

Subhanallah Wal Hamdulillah… Tak terasa sudah masuk tanggal 20 bulan Ramadhan tahun 1443 Hijriyah,  memasuki bulan penuh keberkahan, penuh rohmat, maghfiroh, dan kemenangan. Bulan Ramadhan, bulan di mana tidur akan dinilai ibadah, hembusan nafas bernilai tasbih, bulan dilipat gandakan segala ganjaran amal kebaikan. Itulah bulan mulia, bulan Ramadhan yang sedang kita jalani ini…

Tentu kita masih ingat Ramadhan tahun-tahun lalu, sebelum pandemi hampir semua masjid/ musholla penuh sesak dengan jamaahnya, terlebih jamaah sholat Maghrib dan Isyak. Berbagai spanduk terpampang menghiasi sudut –sudut jalan dan halaman masjid, warung makan kuliner tutup sepi di siang hari. NAMUN…., seiring bergulirnya waktu, hari berganti hari, memasuki pekan ke dua bulan ramadhan, antusiasme ummat semakin surut. Suasana bias berubah drastis. Jumlah shof sholat semakin maju, jamaah tinggal beberapa gelintir saja, warung – warung makan kembali buka seperti sediakala di siang hari, berbagai spanduk motivasi ramadhan sudah tidak mempan memacu semangat ibadah ramadhan. INILAH …. Tradisi tahunan yang terjadi di tengah masyarakat kita. Hal ini membuktikan bahwa keagungan bulan ramadhan kurang dipahami dengan baik (salah paham/ gagal paham), hingga terlewat begitu saja.

Selanjutnya, dalam upaya membekali diri dengan ilmu yang berkenaan dengan puasa ramadhan ini, maka kami mencoba menyajikan satu tulisan yang kami nuqil dan kami sadur dari kitab بِدَايَةِ الْهِدَايَةِ     Bidayatul Hidayah buah karya Imam Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozaliy At-Thusiy. Mari kita telisik bersama kesalahpahaman ini agar kita bisa memperbaiki diri, memperbaiki kualitas ibadah kita, menaikkan iman taqwa kita, dan bisa merombak tradisi/ kebiasaan buruk berganti menjadi tradisi yang jauh lebih baik dalam menjalankan ibadah puasa ramadhan. Setidaknya ada 4 (empat poin) yang menjadi fokus kita bersama, yakni :

  1. Kebanyakan orang paham untuk menahan dari makan minum, hubungan suami-istri di siang hari saat ramadhan dan menghindari dari berbagai macam pembatal puasa. Namun tidak semua memahami untuk menahan diri dari perkara yang diharamkan, yang jelas bisa membatalkan pahala puasa seperti ghibah, adu domba, dusta, mencela, menghina, dan lain-lain. KETAHUILAH…. Bahwa puasa adalah perisai dari kemaksiatan, puasa adalah tarbiyah bagi orang muslim/ mukmin. Karena itu tidak masuk akal logika jika seseorang menahan diri dari yang mubah tetapi justru malah membiarkan dirinya melakukan perbuatan yang harom. Imam Ghozali dalam hai ini berkata,

 

وَلاَ تَظُنَّ إِذَا صُمْتَ أَنَّ الصَّوْمَ هُوَ تَرْكُ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَالْوِقَاعِ فَقَطْ، فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ. بَلْ تَمَامُ الصَّوْمِ بِكَفِّ الْجَوَارِحِ كُلِّهَا عَمَّا يَكْرَهُ اللهُ تَعَالَى، بَلْ يَنْبَغِيْ أَنْ تَحْفَظَ الْعَيْنَ عَنِ النَّظَرِ إِلَى الْمَكَارِهِ، وَاللِّسَانَ عَنِ النُّطْقِ بِمَا لاَ يَعْنِيْكَ، وَاْلأُذْنَ عَنِ اْلاِسْتِمَاعِ إِلَى مَا حَرَّمَهُ اللهُ تَعَالَى. فَإِنَّ الْمُسْتَمِعَ شَرِيْكُ الْقَائِلِ وَهُوَ أَحَدُ الْمُغْتَابِيْنَ، وَكَذَلِكَ تَكُفُّ جَمِيْعَ الْجَوَارِحِ كَمَا تَكُفُّ الْبَطْنَ وَالْفَرْجَ

 

Dan janganlah engkau menyangka bahwa yang dimaksud dengan berpuasa hanyalah sekedar meninggalkan makan, minum dan tidak melakukan hubungan badan di siang hari. Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang ia lakukan itu, kecuali hanya lapar dan dahaga.” 

Namun sempurnanya puasa adalah dengan memelihara seluruh anggota badan dari segala hal yang dibenci Allah Ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah engkau :

  • memelihara mata dari melihat ke arah hal-hal yang tidak disukai Allah,
  • menjaga lisan dari mengucapkan sesuatu yang tidak bermanfaat,
  • menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala. Karena orang yang mendengarkan memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang mengucapkan, dan dia termasuk salah seorang dari orang yang melakukan ghibah (bila yang didengarkannya itu adalah ghibah).
  • Demikian pula engkau harus menjaga tangan kaki serta seluruh anggota badanmu dari segala hal yang menyebabkan dosa, sebagaimana engkau pun harus menjaga perut dan kemaluanmu dari memperturutkan syahwat.

 

فَفِي الْخَبَرِ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : خَمْسٌ يُفَطِّرْنَ الصَّائِمَ: الْكَذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ، وَالنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ . وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَفْسُقْ، وَلاَ يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّيْ صَائِمٌ

Dan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda : “Lima hal yang dapat membatalkan (pahala) puasa orang yang berpuasa: (a) berdusta, (b) bergunjing/ ghibah, (c) mengadu domba, (d) bersumpah palsu, dan (e) melihat dengan diiringi syahwat. Rasulullah juga bersabda :  “Sesungguhnya puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa hendaklah ia tidak mengucapkan kata-kata kotor, berbuat maksiat dan berbuat kebodohan. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau memakinya, maka hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’

 

  1. Mayoritas ummat paham bahwa ibadah puasa termasuk ibadah yang menguras energi, ibadah fisik, bahkan tidur seorang yang puasa ramadhan adalah ibadah. Namun jangan jadikan ini sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Jangan kendor semangat dalam belajar, bekerja, maupun beribadah. Justru di bulan mulia ini (Ramadhan) kita harus menggenjot semangat untuk beramal sholih. Perlu kita catat bahwa di zaman Nabi, shohabat, dan para tabi’in (generasi awal muslim), kaum muslimin berjuang dan mengeluarkan segala upaya, daya, dan kekuatan di bulan Ramadhan seperti perang Badar, Fathu Makkah, dan lain-lain. Tidak ada alasan bagi kita untuk bermalas-malasan maupun surut semangat di bulan ramadhan ini.

 

  1. Sebagian besar kaum muslim berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan dalam berbuka puasa, baik makan maupun minum. Di luar bulan Ramadhan menu makan hanya sekadar memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Namun demi memenuh stamina dan gizi selama puasa ramadhan, banyak orang yang kelewatan dalam menyajikan/ memakan hidangan. Berlebihan makan justru menghilangkan hikmah puasa itu sendiri. Dalam hai ini, Imam Ghozali juga memberikan sentuhan nasihat kepada kita,

ثُمَّ اجْتَهِدْ أَنْ تُفْطِرَ عَلَى طَعَامٍ حَلاَلٍ، وَلاَ تَسْتَكْثَرْ فَتَزِيْدَ عَلَى مَا تَأْكُلُهُ كُلَّ لَيْلَةٍ، فَلاَ فَرْقَ إِذَا اسْتَوْفَيْتَ مَا تَعْتَادُ أَنْ تَأْكُلَهُ دُفْعَتَيْنِ فِيْ دَفْعَةٍ وَاحِدَةٍ، وَإِنَّمَا الْمَقْصُوْدُ بِالصِّيَامِ كَسْرُ شَهْوَتِكَ وَتَضْعِيْفُ قُوَّتِكَ لِتَقْوَى بِهَا عَلَى التَّقْوَى. فَإِذَا أَكَلْتَ عَشِيَّةً مَا تَدَارَكْتَ بِهِ مَا فَتَكَ ضَحْوَةً، فَلاَ فَائِدَةَ فِيْ صَوْمِكَ، وَقَدْ ثَقُلَتْ عَلَيْكَ مَعِدَتُكَ، وَمَا وِعَاءٌ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ بَطْنٍ مُلِىءَ  مِنْ حَلاَلٍ، فَكَيْفَ إِذَا مُلِىءَ مِنْ حَرَاِمٍ؟

Kemudian berusahalah engkau untuk berbuka dengan makanan yang halal, dan janganlah engkau menambah porsi makanmu melebihi yang biasa engkau makan pada setiap malamnya. Karena jika itu yang engkau lakukan, sama saja engkau membiasakan makan dua kali menjadi satu kali. Yakni makan satu kali namun porsinya untuk dua kali makan. Padahal tujuan berpuasa adalah untuk menghancurkan syahwatmu dan melemahkan kekuatanmu yang dengannya engkau akan menjadi kuat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Jika engkau memakan di malam hari makanan apa saja yang tidak dapat kau makan di siang hari karena berpuasa, maka tidak ada artinya puasa yang engkau lakukan itu, dan sungguh perutmu akan menjadi berat karena kekenyangan. Padahal tidak ada wadah yang paling dibenci Allah Ta’ala melebihi perut yang penuh (kekenyangan) dengan makanan yang halal. Lalu, bagaimana bila perut itu penuh (kekenyangan) dengan barang yang haram?

 

  1. Lalu yang cukup penting juga, terkadang ada yang masih salah dalam niat dan motivasi diri saat puasa. Sebagian besar orang berharap dengan puasa, terpenuhi keutamaan-keutamaan duniawi semisal badan sehat, terhindar dari obesitas, otak semakin cerdas, bisa diet, dan pencernaan lancer/ sehat. Padahal di balik itu semua, ada kemuliaan besar yakni kita akan diampuni segenap dosa kesalahan kita, dikabulkan setiap bisikan harapan doa kita, dan Allah SWT telah menyiapkan pintu surga bagi para Shoo-imiin (orang yang berpuasa) sebagaimana dalil yang tertera jelas di dalam Qur’an maupun Hadits Nabi. Maka untuk meluruskan motivasi dan niat saat puasa, tentu kita perlu tahu serta memahami makna ibadah puasa itu, sebagaimana nasihat dan bimbingan Imam Abu Hamid Al-Ghozali,

فَإِذَا عَرَفْتَ مَعْنَى الصَّوْمِ فَاسْتَكْثِرْ مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتَ، فَإِنَّهُ أَسَاسُ الْعِبَادَاتِ، وَمِفْتَاحُ الْقُرُبَاتِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ. وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: إِنَّمَا يَذَرُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ، فَالصَّوْمُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ. وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُوْنَ..

Apabila engkau telah memahami makna puasa, maka perbanyaklah melakukannya sebatas kemampuanmu, karena puasa adalah dasar (asas) dari ibadah dan kunci pendekatakan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah berfirman: “Setiap kebaikan akan memperoleh balasan (pahala) sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku, maka Akulah yang dapat membalasnya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, sungguh bau tidak sedap mulut orang yang sedang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada aroma minyak misik. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya ia meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Maka puasa itu untukku dan Akulah yang akan membalasnya.”

Rasulullah juga bersabda: “Di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut ar-Rayyan. Pintu itu tidak akan dimasuki oleh siapa pun kecuali orang-orang yang berpuasa.”

Inilah empat poin yang membuat kebanyakan kita (ummat Islam) lalai sehingga gagal dan salah paham dalam memaknai ibadah puasa Ramadhan selama ini. Mari kita koreksi diri, mari kita pahami kembali hakikat ibadah puasa Ramadhan kita. Mari kita perhatikan dengan seksama nasihat tentang ketaatan ibadah (dalam hal ini adalah puasa) yang disampaikan oleh Hujjatul Islam Imam Ghozali, dalam Bidayatul Hidayah (Permulaan/ Adab dalam Menggapai dan Menjemput Hidayah Allah SWT). Semoga tulisan ini bisa menjadi bekal dan pengingat kita tentang ibadah puasa di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Sehingga kita tidak menyesal di hari kemudian.

فَقَد قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang ia lakukan itu, kecuali hanya lapar dan dahaga.” 

(HR. An-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Teriring doa Ta’iqIobbalallohu Minnaa Wa Minkum Shiyamanaa Wa Shiyamakum, Taqobbal Yaa Kariim. Aamiin Yaa Mujiibassaa-iliin.

 

Refrensi :

  1. Kitab Bidayatul Hidayah (Hujjatul Islam Al-Imam Abu Hamid Al-Ghozali), Penerbit Al-Miftah – Surabaya cetakan tahun 2018
  2. Kitab Maroqil ‘Ubudiyah (Syaikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Bantani Al-jawi), Penerbit Darul Kutub Islamiyah – Jakarta, cetakan tahun 2008

 

 

[1] Salah satu staf pengajar/ ustadz di PPM MBS Pleret

Bagikan :