Urgensi Ilmu dan Perintah Mencarinya (Seri 3)

Featured MBS Pleret

Segala puji bagi Allah yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. kita memuji-Nya sebagai dzat yang maha suci sebagai mana pujian orang-orang yang bersyukur. Kita mengagungkan-Nya karena Dialah yang berhak untuk itu (untuk dipuji). Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada yang telah mengajarkan kebaikan pada manusia yang diutus oleh Allah sebagai rahmat untuk seluruh alam untuk memberikan petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus.
Para pembaca yang dirahmati Allah, pada edisi sebelumnya (link seri 1), telah dipaparkan tentang keutamaan ilmu dan perintah mencarinya sebagaimana yang bersumber dari al Quranul kariim. Pada edisi kedua (link seri 2) kami pun telah memaparkan tentang urgensi ilmu dan pentingnya mencari ilmu sebagaimana perintah itu bersumber dari sunnah Rasulullah saw., pada edisi kali ini, kami akan melengkapi urgensi menuntut ilmu dan perintah mencarinya yang bersumber dari perkataan para Sahabat dan Ulama Salaf sebagai generasi terbaik setelah generasi Rasulullah saw, generasi mereka adalah generasi yang sangat menjunjug tinggi kemuliaan ilmu, sehingga patutlah mereka dijadikan hujjah dan rujukan para penuntut ilmu hari ini.
Perekataan para sahabat dan salafuh sholih tentang keutamaan menuntut ilmu
Dari ali ra, ia berkata;
العلمُ خيرٌ مِن المالِ، العلمُ يحرُسُكَ، وأنتَ تحرُسُ المالَ، العلمُ حاكمٌ، والمالُ محكومٌ عليه، يا كُمَيلُ، مات خُزّانُ المالِ وهم أحياءٌ، والعلماءُ باقونَ ما بقِيَ الدهرُ، أَعْيانُهم مفقودةٌ، وأمثالُهم في القلوبِ موجودةٌ
” ilmu itu lebih baik dari harta. Sebab, ilmu akan menjagamu, sedangkan kamu yang akan menjaga harta. Ilmu sebagai hakim (pemutus perkara), sedangkan harta adalah yang diputuskan perkaranya (maksudnya yang dikelola). Para penjaga harta akan mati, sedangkan para penjaga ilmu akan tetap hidup. Jasad mereka memang mati, tetapi kepribadian mereka akan tetap ada dalam hati.”
Dari ibnu mas’ud ra disebut bahwa apabila ia melihat para pemuda menuntut ilmu, maka ia berkata,”selamat datang disumber-sumber hikmah, pelita kegelapan, pakaian yang lusuh, hati-hati yang baru, berdiam diri dirumah-rumah dan wewangian setiap kabilah.”
Artinya, sifat penuntut ilmu yang paling dominan adalah sibuk dengan menuntut ilmu dan berdiam diri dirumah untuk berdiskusi dan belajar. Hal inilah yang menyibukkan mereka dari pada memperhatikan berbagai corak pakaian dan berkeliling dijalan-jalan, sebagaimana yang biasa dilakukan para pemuda yang lain.
Dari mu’adz bin jabal ra, ia berkata “Pelajar ilmu. Sebab, mempelajari ilmu karena Allah itu adalah khosyyah (bukti takut kepadanya). Mencarinya adalah ibadah. Mengulangnya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad. Mengajarkanya kepada orang yang tidak tau adalah shodaqoh. Melayani orang yang berilmu adalah taqorrub (amalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah).
Ilmu adalah informasi tentang halal dan haram, pelita penghuni syurga, pelembut saat beringas, teman bicara disaat sendiri, petunjuk disaat senang dan susah, senjata untuk menghadapi musuh, dan perhiasan bagi orang-orang yang mulia.
Allah akan mengangkat sejumlah kaum dengannya dan menjadikan mereka sebagai pemimpin dalam kebaikan. Peninggalanya akan ditelusuri. Perbuatannya akan diikuti. Pendapatnya akan dipilih. Para malaikat seneng menjadikanya sebagai kekasih dan sayap-sayap mereka akan senantiasa membelainya. Segala mahluk yang kering dan yang basah akan memintakan ampunan baginya, hingga ikan hiu dan ikan paus yang berada didasar lautan. Begitu juga, binatang-binatang buas dan ternak. Karena, ilmu adalah penghidupan hati dari kebodohan dan lentera bagi penglihatan dari kegelapan. Dengan ilmu, seseorang akan sampai pada kedudukan orang-orang pilihan dan derajat yang tinggi didunia dan akhirat. Tafakkur dalam ilmu meyerupai ibadah puasa. Mempelajarinya menyerupai ibadah sholat malam. Dengan itu, hubungan silatirrahmi akan terjalin dan bisa diketahui yang halal dan yang haram. Ilmu adalah imamnya amal, sedangkan amal menjadi pengikutnya. Orang-orang yang beruntung akan mendapatkan petunjuknya dan orang-orang durhaka akan diharamkan memperolehnya.”
Dari umar bin khoththob ra, ia berkata,”sesungguhnya akan ada seseorang yang keluar dari rumahnya dengan membawa dosa seperti gunung tihamah. Ketika ia mendengarkan ilmu, makai a merasa takut, lantas pulang dan bertaubat. Ia masuk kedalam rumahnya dengan tidak memiliki dosa sama sekali. Maka, janganlah kalian tinggalkan majelis-majelis para ulama.”
Umar ra juga berkata, “Wahai manusia, hendaklah kalian mencari ilmu. Karena, sesungguhnya Allah memiliki selendang-nya tersebut. Jika ia berbuat dosa, maka dia akan menegurnya agar selendang itu tidak terlepas, hingga orang tersebut meninggal.”
Abu Darda’ ra berkata, “Aku belajar satu masalah saja itu lebih aku sukai daripada sholat sunnah semalam suntuk.”
Dari Hasan al-Bashri , ia berkata,”aku belajar satu bab saja dari ilmu, lalu aku ajarkan kepada seseorang muslim itu lebih aku cintai daripada aku memiliki dunia dan menginfakkan seluruhnya dijalan Allah.”
Dari Imam Syafi’i, ia berkata,” Tidak ada sesuatu yang lebih utama setelah yang fadhu melebihi menuntut ilmu.”
Demikianlah perhatian para sahabat dan salaf terhadap ilmu, kemuliaan terhadap mereka dan terhadap para penuntut ilmu zaman ini yang teguh kokoh di atas jalan ilmu. (Syamsul Bahri, S.Pd.I)

Sumber;
al Qur’anul Karim
Âdâbu Thôlibi ‘l-‘Ilmi karya Dr. Anas Ahmad Karzun
Tips Belajar Para Ulama karya Salafuddin Abu Sayyid Jabir al-Bassam

Bagikan :